keperawatan medikal bedah
Selasa, 25 Oktober 2011
Jumat, 21 Oktober 2011
TUBERKULOSIS PARU
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TB PARU
A. DEFINSI
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
C. PROSES PENULARAN
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam.
D. ANATOMI FISIOLOGI
E. PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.
F. MANIFESTASI KLINIS
· Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
· Sesak napas dan nyeri dada
· Badan lemah, kurang enak badan
· Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun (Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru, Misnadiarly)
G. JENIS-JENIS PENYAKIT TBC
Penyakit tuberkulosis ( TBC ) terdiri atas 2 golongan besar,yaitu :
1. TB paru ( TB pada organ patu-paru )
2. TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru )
a. Tuberkulosis milier
b. Tuberkulosis sistem saraf pusat ( TB neningitis )
c. Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
d. Tuberkulosis Pericarditis
e. Tuberkulosis Skelet / Tulang
f. Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
g. Tuberkulosis Peritonitis
h. Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
i. Tuberkulosis Iymphadenitis
j. Tuberkulosis Catan / Kulit
k. Tuberkulosis Laringitis
l. Tuberkulosis Otitis
H. KOMPLIKASI
1. Pembesaran kelenjar sevikalis yang superfisial
2. Pleuritis tuberkulosa
3. Efusi pleura
4. Tuberkulosa milier
5. Meningitis tuberkulosa
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
2. Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
3. Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin : pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4. Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5. Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6. Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
J. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin / INH.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
· Mempertahankan jalan nafas pasien
· Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
· Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori
· Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya emoptisis
· Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
· Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
Rasionalisasi :
· Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
· Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
· Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
· Mencegah obstruksi / aspirasi
2. Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum meningkat.
Kriteria hasil :
· BB meningkat
Intervensi :
· Catat status nutrisi pasien
· Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
· Berikan makanan sedikit tapi sering
· Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali kontra indikasi
· Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasionalisasi :
· Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
· Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
· Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
· Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
· Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
· Kaji kemampuan pasien untuk belajar
· Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
· Berikan instruksi dan informasi tertulis
· Anjurkan klien untuk tidak merokok
· Kaji bagaimana TB ditularkan
Rasionalisasi :
· Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
· Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut
· Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
· Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
· Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
· Kaji patologi penyakit
· Identifikasi orang lain yang berisiko
· Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
· Kaji tindakan kontrol infeksi
· Awasi suhu sesuai indikasi
· Kolaborasi dengan tim medis
Rasionalisasi :
· Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
· Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi
· Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
· Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
· Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN
>Anamnesis (Pengkajian)
1.Identitas : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab biaya (nama & alamat), dokter yang merujuk
2.Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama, jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, lokasi anatomi dan penyebarannya, aktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuatnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan konstan atau intermitten.
3.Riwayat penyakit terdahulu : pengobatan yang dijalani sekarang,apakah pernah dirawat sebelumnya, riwayat penyakit kronik dan menular, riwayat control, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi, riwayat operasi.
4.Riwayat penyakit keluarga : umur, status anggota keluarga (hidup,mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga (jenis penyakit).
3.Riwayat penyakit terdahulu : pengobatan yang dijalani sekarang,apakah pernah dirawat sebelumnya, riwayat penyakit kronik dan menular, riwayat control, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi, riwayat operasi.
4.Riwayat penyakit keluarga : umur, status anggota keluarga (hidup,mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga (jenis penyakit).
5.Observasi dan pemeriksaan fisik :
a.tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu badan, RR, kesadaran.
b.sistem pernafasan (B1) : keluhan (batuk, warna secret, sesak, produktif, nyeri dada, tidak produktif, konsistensi, bau), irama nafas (teratur, tidak teratur), jenis (dispnea, kusmaul, cheyne stokes), suara nafas (vesikuler, bronco vesikuler, ronki, wheezing), alat bantu nafas (ya, tidak).
c.sistem kardiovaskuler (B2) : keluhan nyeri dada (ya, tidak), irama jantung (regular, ireguler), S1/S2 tunggal (ya, tidak), suara jantung (normal, murmur, gallop), CRT, akral (hangat, panas, dingin, kering, basah), JVP (normal, meningkat, menurun).
d.sistem persyarafan (B3) : GCS, reflek fisiologis (patella, triceps, biceps), reflek patologis (babinsky, budzinsky, kernig), keluhan pusing (ya, tidak), pupil (isokor, anisokor), sclera/konjunctiva (anemis, ikterus), gangguan pandangan (ya, tidak), gangguan pendegaran (ya, tidak), gangguan penciuman (ya, tidak), lama tidur, gangguan tidur.
e.sistem perkemihan (B4) : kebersihan, keluhan kencing (nokturi, inkontinensia, gross hematuri, poliuria, anuria, disuria, retensi, oliguria, hesistensi), produksi urin, kandung kemih membesar (ya, tidak), nyeri tekanan kandung kemih, intake cairan (oral, parenteral), alat bantu kateter (ya, tidak).
f.sistem pencernaan (B5) : mulut (bersih, kotor, berbau), mukosa (lembab, kering, stomatitis), tenggorokan (sakit menelan, pembesaran tonsil, kesulitan menelan, nyeri tekan), abdomen (tegang, kembung, ascites), nyeri tekan pada abdomen, luka dan jenis operasi pada abdomen, gerak peristaltic, BAB dan konsistensi, diet, nafsu makan, porsi makan.
g.sistem musculoskeletal dan integument (B6) : pergerakan sendi, kekuatan otot, kelainan ekstremitas, kelainan tulang belakang, fraktur, traksi/spalk/gips, kompartemen syndrome, kulit (ikterik, sianosis, kemerahan, hiperpigmentasi), turgor, luka.
h.sistem endokrin : pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening, hipoglikemia, hiperglikemia, luka gangren. pada tahap dini sulit diketahui. tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, conchi basah).
Pada penderita TBC :
Pada penderita TBC :
-Perkusi = hipersonor / tympani; efusi pleura (perkusi; pekak).
-Inspeksi = atropi pada retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis; tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
-Inspeksi = atropi pada retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis; tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
-Auskultasi = ada sekret disaluran nafas dan bronchi.
6.pengkajian psikosial : persepsi klien terhadap penyakitnya, ekspresi klien terhadap penyakitnya, reaksi saat interaksi, gangguan konsep diri.
7.personal hygiene dan kebiasaan : mandi, keramas, ganti pakaian, sikat gigi, memotong kuku, merokok, alcohol.
8.pengkajian spiritual : kebiasaan beribadah sebelum dan sesudah sakit.
8.pengkajian spiritual : kebiasaan beribadah sebelum dan sesudah sakit.
9.pemeriksaan penunjang (diagnostic test) : pemeriksaan laboratorium, radiologi, bronchografi, spirometer, teknik polymerase chain reaction, becton dickinson diagnostic instreumen system (BACTEC), enzyme linked immunosorbent assay, MYCODOT.
#Pemeriksaan Radiologi :
-pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas atau bercak nodular.
-pada kavitas gambar bayangan berupa cincin tunggal atau ganda.
-pada kavitas gambar bayangan berupa cincin tunggal atau ganda.
-pada klasfikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
-bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
-kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.
-bayangan milier.
# Bronchografi :
-pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
# Pemeriksaan Laboratorium :
-darah = leukosit meninggi, LED meningkat, limfositosis.
-sputum = pewarnaan -> BTA positif; kultur (Lowenstein Jensen agar) -> tumbuh koloni mikobakterium tuberculosis.
Tes tuberculin : mantoux tes (indural lebih dari 10-15 mm).
Tes tuberculin : mantoux tes (indural lebih dari 10-15 mm).
# Spirometer :
-penurunan fungsi paru; kapasitas vital menurun.
# Teknik polymerase chain reaction :
-deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amolifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi kuman meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen.
-teknik ini dapat mendeteksi adanya resistensi.
# Becton dickinson diagnostic instreumen system (BACTEC) :
-deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemah oleh mikobakterium tuberculosis.
# enzyme linked immunosorbent assay :
# enzyme linked immunosorbent assay :
-deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
# MYCODOT :
-deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam serum pasien.
-bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir berubah.
10.terapi
> Diagnosis Keperawatan
> Diagnosis Keperawatan
1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
-sekret kental atau secret darah.
-kelemahan, upaya batuk buruk.
-edema trakeal / faringeal.
2.gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
-berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
-kerusakaan membrane alveolar kapiler.
-sekret yang kental.
-edema bronchial.
3.resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
3.resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
-daya tahan tubuh menurun, fungi sillia menurun, sekresi yang menetap.
-kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
-malnutrisi.
-terkontaminasi oleh lingkungan.
-kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
4.perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan :
-kelelahan.
-batuk yang sering, adanya produksi sputum.
-batuk yang sering, adanya produksi sputum.
-dispnea.
-anoreksia.
-penurunan kemampuan financial.
-penurunan kemampuan financial.
5.kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan :
-tidak ada yang menerangkan.
-interpretasi yang salah.
-informasi yang didapat tidak lengkap / tidak akurat.
-terbatasnya pengetahuan.
>Intervensi
@ bersihan jalan nafas tidak efektif:
-posisi semi fowler / fowler, ajarkan latihan nafas dalam dan batuk dalam efektif.
-bersihan secret dari mulut dan trachea, suctin (b/p).
-pertahankan intake cairan 2500-3000 ml/hr.
-lembabkan udara / oksigen inspirasi.
-berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator.
-pantau fungsi pernafasan; bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
-catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah, sputum, adanya hemoptisis.
@ gangguan pertukaran gas :
-catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah, sputum, adanya hemoptisis.
@ gangguan pertukaran gas :
-latihan nafas dengan bibir disiutkan (pasien fibrosis atau kerusakan parenkim).
-bedrest, bantu kebutuhan.
-berikan oksigen.
-monitor GDA.
-evaluasi perubahan tingkat kesadaran.
@ resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi :
-anjurkan pasien menutup mulut jika batuk dan membuang dahak ditempat penampungan yang tertutup.
-gunakan masker setiap melakukan tindakan.
-berikan terapi dan monitor sputum BTA.
@ perubahan nutrisi :
-anjurkan bedrest.
-lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
-makan sedikit tapi sering (diet TKTP).
-monitor intake dan output.
@ kurang pengetahuan :
-tekankan pentingnya diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
-berikan informasi yang spesifik dan jelas.
-anjurkan untuk merubah perilaku buruk (rokok, minuman keras, begadang).
referensi :
* Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
* lecture…
Langganan:
Postingan (Atom)